BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru. Tugas dan tanggung jawab seorang guru dalam mengevaluasi pembelajaran adalah melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Bagi seorang guru atau calon guru kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki.
Masalah mutu pendidikan yang banyak dibicarakan saat ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Perlu kita tahu, bahwa hasil belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sikap dan kebiasaan belajar, fasilitas belajar, motivasi, minat, bakat, pergaulan, lingkungan keluarga, dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan profesional guru dalam melakukan penilaian hasil belajar itu sendiri.
Penilaian merupakan bagian dari tugas profesioal seorang guru. Seiring dengan gagasan dan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pelaksanaan penilaian hasil belajar siswapun dituntut berbasis kompetensi. Penilaian berbasis kompetensi akhir-akhir ini disosialisasikan sebagai Penilaian Berbasis Kelas. Tugas ini berkaitan dengan usaha guru mengembangkan keterampilan mengobservasi dan melakukan pertimbangan segi kuantitas dan kualitas pekerjaan peserta didik yang melingkupi dan memenuhi tujuan aktivitas belajar peserta didik. Untuk pelaksanaan tugas penilaian tersebut, sejumlah teknik penilaian dapat dipilih dan dilakukan guru. Teknik itu bukan sekedar tes berupa paper pencil test, melainkan dapat bersifat alternatif (alternative assessment) atau non-tes seperti catatan anekdot, rekaman audio dan vidio, daftar cek, buku harian, termasuk penilaian portofolio.
Kebanyakan guru melakukan penilaian lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses belajar kurang diperhatikan bahkan cenderung diabaikan. Padahal, proses belajar sangat menentukan hasil belajar. Di samping itu, guru-guru juga terbiasa dengan kegiatan-kegiatan penilaian rutin yang sifatnya praktis dan ekonomis sehingga tidak heran jika guru banyak menggunakan soal yang sama dari tahun ke tahun. Hal ini sudah dialami oleh mereka (guru) sejak mulai bekerja sebagai guru sampai sekarang. Sebenarnya, guru pun sering mengikuti pelatihan tentang evaluasi pembelajaran atau penilaian hasil belajar, tetapi setelah pelatihan, mereka tetap kembali ke habitatnya semula, yaitu memberikan tes tertulis, baik dalam formatif maupun sumatif, tanpa melakukan variasi, perbaikan, penyempurnaan atau inovasi dalam pelaksanaan penilaian.
Mengingat cara-cara penilaian selama ini terdapat banyak kelemahan maka sejak diberlakukannya KBK 2004, diperkenalkan suatu konsep penilaian baru yang disebut penilaian berbasis kelas dengan salah satu model atau pendekatannya adalah penilaian berbasis portofolio, yaitu suatu model penilaian yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mengungkapkan dan menilai peserta didik secara komprehensif, objektif, akurat, dan sesuai dengan bukti-bukti autentik (dokumen) yang dimiliki peserta didik. Implikasi pemberlakuan KBK 2004 yang disempurnakan dalam KTSP 2006 terhadap pola penilaian pembelajaran di sekolah adalah: (1) guru dan kepala sekolah harus berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum, termasuk proses pembelajaran, (2) guru harus menyusun silabus yang menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang terarah dan bermakna, (3) guru harus melakukan continous-authentic assessment yang menjamin ketuntasan belajar dan pencapaian kompetensi peserta didik.
Prinsip belajar tuntas (mastery learning), yaitu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu satuan pelajaran secara tuntas. Standar normal penguasaan tuntas adalah 85% dari populasi siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 75% dari tujuan instruksional yang hendak dicapai. Melalui prinsip belajar tuntas, diharapkan rata-rata tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran akan meningkat. Hal ini disebabkan siswa-siswa yang lambat dalam hal menangkap pelajaran telah mendapat perhatian dan kesempatan sehingga dapat menguasai program pengajaran pokok.
Sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang penggunaan penilaian portofolio terhadap pencapaian ketuntasan belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
a. Penilaian lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses belajar kurang diperhatikan bahkan cenderung diabaikan.
b. Guru memberikan tes tertulis, baik dalam formatif maupun sumatif, tanpa melakukan variasi, perbaikan, penyempurnaan atau inovasi dalam pelaksanaan penilaian.
c. Penilaian hanya mencakup ranah kognitif saja, sedangkan ranah afektif dan dan psikomotor cenderung diabaikan.
2. Pembatasan Masalah
a. Penilaian portofolio yang digunakan adalah penilaian portofolio produk yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai.
b. Penilaian portofolio produk yang digunakan untuk menunjang pencapaian ketuntasan belajar pada pembelajaran konsep kingdom plantae di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu.
c. Ketuntasan belajar yang diukur dalam penelitian ini hanya pada pokok bahasan kingdom plantae.
3. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimanakah tahap-tahap penilaian portofolio produk pada pembelajaran konsep kingdom plantae dalam mencapai ketuntasan belajar di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu?
b. Bagaimanakah respon siswa terhadap penilaian portofolio produk pada pembelajaran konsep kingdom plantae dalam mencapai ketuntasan belajar di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu?
c. Bagaimanakah pencapaian ketuntasan belajar pada pembelajaran konsep sistem ekskresi melalui penilaian portofolio produk di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang:
a. Bagaimana tahap-tahap penilaian portofolio produk pada pembelajaran konsep kingdom plantae dalam mencapai ketuntasan belajar di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu.
b. Bagaimana respon siswa terhadap penilaian portofolio produk pada pembelajaran konsep kingdom plantae dalam mencapai ketuntasan belajar di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu.
c. Bagaimana pencapaian ketuntasan belajar pada pembelajaran konsep kingdom plantae melalui penilaian portofolio produk di kelas X semester II SMAN 1 Anjatan Kabupaten Indramayu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat bagi guru biologi, memberikan gambaran autentik tentang penilaian portofolio secara komprehensif serta kesulitan penilaian portofolio dalam pencapaian ketuntasan belajar.
b. Manfaat bagi peserta didik, memfasilitasi peserta didik untuk semakin mengembangkan kemampuannnya serta mengembangkan kemampuan reflektifnya.
c. Manfaat bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding bagi penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan. Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kajian yang sejenis.
E. Definisi Operasional
Berdasarkan judul penelitian, dapat peneliti jabarkan beberapa definisi operasional pada penelitian ini, yaitu:
a. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang berusaha menggali, mengumpulkan, melaporakan dan menggunakan otentisitas dari penampilan atau kinerja kegiatan belajar peserta didik. Penilian demikian akan meliputi keseimbangan ranah kegiatan belajar yang komprehensif.
b. Prinsip belajar tuntas yaitu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu satuan pelajaran secara tuntas.
F. Kerangka Pemikiran
Penilaian portofolio sebagai suatu penilaian model baru yang diterapkan di Indonesia sejak kurikulum 2004 tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu, yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini memang wajar dan logis karena selama ini sistem penilaian yang digunakan di sekolah cenderung hanya melihat hasil belajar peserta didik dan mengabaikan proses belajarnya. Sehingga nilai akhir yang dilaporkan kepada orang tua dan pihak-pihak terkait hanya menyangkut domain kognitif. Sikap, minat, motivasi dan keterampilan proses lainnya hampir tidak pernah disentuh. Portofolio sebagai salah satu bentuk penilaian berbasis kelas mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis untuk menutupi kelemahan penilaian yang telah dilakukan selama ini. Oleh karena itu, penilaian portofolio harus dilakukan secara akurat dan objektif serta mendasar pada bukti-bukti autentik yang dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Mimin Haryati (2007: 123) portofolio adalah proses penilaian berdasarkan kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan serta kemampuan peserta didik dalam waktu tertentu. Melalui portofolio peserta didik dapat menunjukkan karya mereka sesuai dengan kemampuannya. Portofolio dapat menunjukkan cara belajar yang berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya. Selain itu, portofolio juga memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kelebihan yang mereka miliki dalam kelas yang heterogen. Penilaian portofolio akan lebih efektif jika pembelajarannya menuntut peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang nyata dan menggambarkan pengembangan aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai pada taraf yang lebih tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian Portofolio
a. Pengertian Portofolio dan Penilaian Portofolio
Menurut Shaklee dalam Arnie Fajar (2004) portofolio merupakan sesuatu yang berharga serta merupakan inovasi pendidikan”, secara lengkap diungkapkan sebagai berikut : “ This is the most worthwhile educational innovation I have done in a long time. After twenty-seven years in the classroom, I have finally learned how to use my observations and note to make better decisions for my students. What else could be more important?”.
Sedangkan menurut S. Supranata dan M. Hatta (2004: 27-28) portofolio diartikan sebagai kumpulan hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke pelajaran yang lain.
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang berusaha menggali, mengumpulkan, melaporakan dan menggunakan otentisitas dari penampilan atau kinerja kegiatan belajar peserta didik. Penilian demikian akan meliputi keseimbangan ranah kegiatan belajar yang komprehensif.
b. Tujuan Penilaian Portofolio
Tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Portofolio merupakan lampiran dari rapor, dengan demikian rapor harus tetap dibuat. Tujuan penilaian portofolio adalah:
1) Menghargai perkembangan peserta didik
2) Mendokumentasikan proses pembelajaran
3) Memberi perhatian pada prestasi kerja
4) Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi
5) Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran
6) Bertukar informasi antara orang tua peserta didik dengan guru lain
7) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik
8) Meningkatkan kemampuan refleksi diri
9) Membantu peserta didik merumuskan tujuan
c. Fungsi Penilaian Portofolio
Fungsi penilaian portofolio dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
1) Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan inovasi pembelajaran.
2) Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka.
3) Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk melakukan self-assessment. Maksudnya, peserta didik mempunyai kesempatan yang banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
d. Prinsip-Prinsip Penilaian Portofolio
Proses penilaian portofolio menuntut terjadinya interaksi multiarah, yaitu dari guru ke peserta didik, dari peserta didik ke guru, dan antar peserta didik. Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003) dalam Zaenal Arifin (2010) mengemukakan bahwa pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip “mutual trust, confidentiality, joint ownership, satisfaction, and relevance”.
1) Mutual trust (saling mempercayai), artinya jangan ada saling mencurigai antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik.
2) Confidentiality (kerahasiaan bersama), artinya guru harus menjaga kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik perseorangan maupun kelompok, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada siapa pun sebelum diadakan pameran.
3) Joint ownership (milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik karena itu harus dijaga bersama, baik penyimpanannya maupun penempatannya.
4) Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua maupun peserta didik, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta didik sebagai hasil pembinaan guru.
5) Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang diharapkan. Kesesuaian ini pada gilirannya berkaitan dengan prinsip kepuasan.
e. Karakteristik Penilaian Portofolio
Menurut Barton dan Collins dalam S. Surapranata dan M. Hatta (2004) terdapat beberapa karakteristik esensial penilaian portofolio, yaitu multi sumber, autentik, dinamis, eksplisit, integrasi, kepemilikan, dan beragam tujuan.
1. Multi sumber
Multi sumber artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam karya. Multiple sumber antara lain mencakup orang, Karya yaitu apa saja yang akan dinilai seperti rancangan, foto, journal, audio dan video tape.
2. Authentic
Karya peserta didik haruslah autentik, artinya ditinjau dari konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain. Karya peserta didik yang dinilai haruslah berkaitan dengan program pengajaran, kriteria, kegiatan, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak dicapai.
3. Dinamis
Portofolio bersifat dinamis, artinya portofolio mencakup perkembangan dan perubahan.
4. Eksplisit
Portofolio haruslah jelas, artinya semua tujuan pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas.
5. Integrasi
Portofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan peserta didik di kelas dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, portofolio tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami.
6. Kepemilikan
Portofolio tidak hanya sekedar menilai atau membuat peringkat peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, tetapi harus menyambungkan antara karya peserta didik dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indikator pencapaian belajar.
7. Beragam Tujuan
Portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada satu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar misalnya, tetapi juga mengacu ke berbagai tujuan misalnya beberapa indikator pencapaian belajar.
f. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Setiap konsep atau model penilaian tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan model penilaian portofolio. Kelebihan model penilaian portofolio, antara lain:
1) Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2) Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta ddik di kelas.
3) Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
4) Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
6) Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran.
7) Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
8) Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assessment), refleksi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking).
9) Memungkinkan guru melakukan penilaian secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang ditentukan.
10) Guru dan peserta didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar.
11) Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai.
12) Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik.
Adapun kekurangan penilaian portofolio, antara lain:
1) Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
2) Penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan bentuk penilaian yang lain.
3) Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian.
4) Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher-oriented, kemungkinan besar inisiatif dan kreatifitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
5) Orang tua peserta didik sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk angka.
6) Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
7) Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas.
8) Analisis terhadap penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat dikuranginya angka.
9) Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.
10) Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail.
g. Jenis Penilaian Portofolio
Apabila dilihat dari jumlah peserta didik, maka penilaian portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu portofolio perseorangan dan portofolio kelompok. Jika dilihat dari sistem, portofolio dapat dibagi dua jenis, yaitu portofolio proses dan portofolio produk. Portofolio perseorangan merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik secara perseorangan, dan portofolio kelompok merupakan kumpulan hasil karya sekelompok peserta didik atau kelas tertentu.
1. Portofolio Proses
Portofolio proses menunjukkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum, serta menunjukkan semua hasil dari awal sampai dengan akhir selama kurun waktu tertentu. Tujuan menggunakan portofolio proses adalah untuk membantu peserta didik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari waktu ke waktu, dan menunjukkan pencapaian hasil belajar. Pendekatan ini lebih menekankan pada bagaimana peserta didik belajar, berkreasi, termasuk mulai dari draft awal, bagaimana proses awal itu terjadi, dan tentunya sepanjang peserta didik dinilai.
Salah satu bentuk porofolio proses adalah portofolio kerja (working portfolio), yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih koleksi evidence peserta didik, memantau kemajuan atau perkembangan, dan menilai peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mereka sendiri. Portofolio kerja bermanfaat bagi peserta didik terutama untuk memberikan informasi tentang bagaimana mengorganisasikan dan mengelola kerja, merefleksi dari pencapaiannya, memantau perkembangan, dan menetapkan tujuan dan arahan. Dalam portofolio kerja ini yang dinilai adalah cara kerja dan hasil kerja.
2. Portofolio Produk
Jenis penilaian portofolio ini hanya menekankan pada penguasaan (materi) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Tujuan portofolio produk adalah untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai. Contoh portofolio produk adalah portofolio tampilan (show portfolio) dan portofolio dokumentasi (documentary portfolio).
a. Portofolio Tampilan
Portofolio bentuk ini merupakan sekumpulan hasil karya peserta didik atau dokumen terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan kepada umum. Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam portofolio tampilan adalah keaslian karya. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peserta didik dan guru. Pertama, peserta didik harus menandatangani lembar pernyataan keaslian. Kedua, peserta didik memberikan penghargaan kepada semua sumber yang telah membantu, termasuk identitasnya serta bentuk bantuan yang diberikan. Ketiga, guru harus melihat perencanaan, draft pekerjaan peserta didik, dan catatan selama proses berlangsung. Keempat, guru harus betul-betul mengamati bagaimana peserta didik menampilkan hasil pekerjaan mereka.
Aspek yang dinilai dalam bentuk portofolio tampilan adalah:
1) Signifikansi materi
2) Pemahaman
3) Argumentasi
4) Responsifness (kemampuan memberikan respons)
5) Kerja sama kelompok
b. Portofolio Dokumen
Portofolio dokumen menyediakan informasi baik proses maupun produk yang dihasilkan oleh peserta didik. Portofolio ini digunakan untuk memilih evidence peserta didik yang sesuai dengan kompetensi dan akan dijadikan dasar penilaian. Karya peserta didik yang digunakan dalam portofolio dokumentasi dapat berasal dari catatan guru atau kombinasi antara catatan guru dengan kegiatan peserta didik. Model portofolio ini bermanfaat bagi peserta didik dan orang tua untuk mengetahui kemampuan hasil belajar, kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam belajar secara perseorangan.
Indikator untuk penilaian dokumen itu, antara lain: kelengkapan, kejelasan, akurasi informasi yang didapat, dukungan data, kebermaknaan data grafis, dan kualifikasi dokumen. Untuk menilai suatu dokumen dapat dibuatkan model format penilaiannya.
h. Tahap-tahap Penilaian Portofolio
Menurut Anthoni J. Nitko (1996) dalam Zaenal Arifin (2010), ada enam tahap untuk menggunakan sebuah sistem portofolio, yaitu “mengidentifikasi tujuan dan fokus portofolio, mengidentifikasi isi materi umum yang akan dinilai, mengidentifikasi pengorganisasian portofolio, menggunakan portofolio dalam praktik, evaluasi pelaksanaan portofolio, dan evaluasi portofolio secara umum”. Dalam tulisan ini, tahap-tahap penilaian portofolio yang disarankan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan dan fokus portofolio.
2. Menentukan isi portofolio
Setelah menentukan tujuan, langkah selanjutnya adalah menentukan isi portofolio. Dengan demikian, isi portofolio tentunya harus sesuai dengan tujuan portofolio. Isi portofolio harus menunjukkan kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. untuk itu, semua kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas harus selalu diamati dan dinilai.
3. Mengembangkan kriteria penilaian
Kriteria penilaian harus dirumuskan dengan jelas, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil belajar yang diharapkan. Kriteria penilaian sangat bergantung pada kompetensi, cara menilai dan karya yang dinilai.
4. Menyusun format penilaian
Sebagaimana isi dan kriteria penilaian, maka format penilaian pun harus mengacu pada tujuan. Format penilaian banyak modelnya. Salah satunya rit menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti baik, cukup, kurang.
5. Mengidentifikasi pengorganisasian portofolio.
6. Menggunakan portofolio dengan praktik.
7. Menilai pelaksanaan portofolio.
8. Menilai portofolio secara umum.
i. Bahan-bahan Penilaian Portofolio
Pada dasarnya, setiap tindakan belajar peserta didik harus diberikan penghargaan. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan dan semangat belajar. Penghargaan tersebut dapat berbentuk tulisan atau lisan. Semua penghargaan tersebut dapat dijadikan bahan penilaian portofolio. Bahan penilaian portofolio juga diambil dari hasil pekerjaan peserta didik, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), hasil rangkuman, gambar, klipping, hasil kerja kelompok, hasil tes, buku catatan dan hal-hal yang menyangkut pribadi peserta didik. Di samping itu, bahan penilaian portofolio dapat diperoleh dari alat-alat audio-visual, video atau disket.
Setelah semua bahan penelitian portofolio, kemudian disusun dan disimpan dalam sebuah dokumen. Dalam rangka penataan sebuah dokumen, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) setiap dokumen harus dibuat identitas peserta didik, seperti nama, nomor induk, kelas dan nama sekolah.
2) untuk mempermudah pengecekan isi dokumen, maka setiap dokumen harus dibuat daftar isi dokumen.
3) isi dokumen harus dimasukkan ke dalam satu map atau folder dan disusun secara sistematis sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
4) isi dokumen hendaknya dikelompokan sesuai dengan mata pelajaran dan setiap mata pelajaran diberikan warna yang berbeda.
5) setiap isi dokumen harus ada catatan atau komentar dari guru dan orang tua.
6) isi dokumen hendaknya tidak ditentukan sepihak oleh guru, tetapi harus melibatkan peserta didik melalui proses diskusi. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak hanya dijadikan sebagai objek penilaian tetapi juga subjek penilaian.
j. Perbedaan Tes dan Penilaian Portofolio
Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai alat evaluasi, antara lain:
a) Tes
1) Menilai peserta didik berdasarkan sejumlah tugas yang terbatas.
2) Menilai hanya guru, berdasarkan masukan yang terbatas .
3) Menilai semua peserta didik dengan menggunakan satu riteria.
4) Proses penilaian tidak kolaboratif (tidak ada kerja sama, terutama antara guru, peserta didik dan orang tua).
5) Penilaian diri oleh peserta didik bukan merupakan satu tujuan.
6) Yang mendapat perhatian dalam penilaian hanya pencapaian.
7) Terpisah antara: kegiatan pembelajaran, testing, dan pengajaran.
b) Portofolio
1) Menilai peserta didik berdasarkan seluruh tugas dan hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja yang dinilai.
2) Peserta didik turut serta dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian berbagai tugas, dan perkembangan yang berlangsung selama proses pembelajaran.
3) Menilai setiap peserta didik berdasarkan pencapaian masing-masing, dengan mempertimbangkan juga riter perbedaan individual.
4) Mewujudkan proses penilaian yang kolaboratif.
5) Peserta didik menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan.
6) Yang mendapat perhatian dalam penilaian meliputi kemajuan, usaha dan pencapaian.
7) Terkait erat antara kegiatan penilaian, pengajaran dan pembelajaran.
B. Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery Learning”. Nasution, S (1982: 36) menyebutkan bahwa mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut.
Block, James H. (1971: 62) menyatakan bahwa mastery learning dapat memberikan semangat pada pembelajaran di sekolah dan dapat membantu mengembangkan minat dalam pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang berkesinambungan ini harus menjadi tujuan utama dalam pendidikan yang modern. Ciri-ciri pembelajaran tuntas antara lain: (1) pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center), (2) mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa (individual personal), (3) strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress), (4) pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental units) (KTSP SDN Sumberkembar 02, 2007).
Dalam pembelajaran tuntas seorang siswa yang dapat mempelajari unit pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai secara tuntas sesuai standar ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah. Dalam pembelajaran tuntas terdapat dua layanan yang diberikan pada siswa, yaitu layanan program remedial dan layanan program pengayaan.
Ketuntasan belajar merupakan salah satu muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi Dasar dalam suatu materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap Kompetensi Dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, idealnya untuk masing-masing criteria mencapai 75%. Sekolah dapat menetapkan sendiri kriteria ketuntasan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sekolah perlu menetapkan kriteria ketuntasan belajar dan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara berkelanjutan sampai mendekati ideal.(http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/24/ketuntasan-belajar.html)
C. Materi Pembelajaran
Plantae merupakan suatu organisme yang memiliki akar, batang dan daun yang sejati. Cakupannya meliputi organisme multiseluler yang selnya telah berdiferensiasi, bersifat eukariotik dan memiliki dinding sel berupa selulosa, bersifat autotrof, dan pada umumnya memiliki organ reproduksi berupa gametangium. Organisme yang termasuk plantae adalah lumut, tumbuhan dan tumbuhan biji.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Anjatan Kabupaten Indramayu. Sekolah ini terletak di Jl. Raya Kopyah-Anjatan Desa Kopyah Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu, dan mengambil tempat penelitian di kelas X semester II tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah pada tahun pelajaran 2010/2011. Selama penelitian tersebut peneliti mengumpulkan data awal, menyusun rencana, pelaksanaan, analisis, dan tindak lanjut. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah 2 bulan dari bulan Februari sampai Maret 2011.
B. Kondisi Umum Wilayah Penelitian
SMA Negeri I Anjatan merupakan salah satu SMA yang berada di Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu, pendidikan yang diterapkan di sekolah tersebut memiliki dua aspek yaitu umum dan khusus. Karena sekolah tersebut selain mengembangkan ilmu pengetahuan umum, juga menerapkan pendidikan agama. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
C. Prosedur Penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan, maka pelaksanaan ini dilaksanakan secara siklus. Prosedur pelaksanaan ini meliputi 3 siklus. Proses kegiatan pembelajaran antara siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 merupakan rangkaian yang berhubungan karena dengan mengetahui hasil perbaikan siklus 1 dan siklus 2 maka kita akan lebih memperbaiki pada siklus 3. Dalam proses setiap siklus melalui 5 tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan Tindakan
Siklus pertama dilaksanakan selama satu minggu, yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh peneliti selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Pada prinsipnya, pemantauan dilaksanakan selama penelitian berlangsung dengan sasaran utama untuk melihat pencapaian ketuntasan belajar siswa serta tindakan-tindakan selanjutnya.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan yang meliputi analisis, sintesis, memaknai, menerangkan dan akhirnya menyimpulkan semua informasi yang diperoleh pada saat persiapan dan tindakan.
D. Perencanaan Pelaksanaan Perbaikan
Langkah-langkah perencanaan pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan guru SMAN 1 Anjatan.
b. Menentukan lingkungan sekitar yang akan dijadikan penelitian.
c. Menyusun persiapan pembelajaran.
d. Menyiapkan media pembelajaran.
e. Mengkondisikan siswa di kelas.
f. Menentukan instrumen penelitian.
Pada tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan sesuai perencanaan. Pelaksanaan tersebut dimaksudkan terjadi perubahan dan pencapaian ketuntasan belajar. Proses perbaikan pembelajaran konsep kingdom plantae masing-masing terdiri dari 3 siklus diantaranya akan diuraikan di bawah ini:
1) Siklus 1
a) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab yang berkaitan kingdom plantae.
b) Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan diajarkan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d) Guru memberi motivasi belajar siswa.
e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang pokok bahasan kingdom plantae, ciri-cirinya dan peranannya bagi kehidupan.
f) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pokok bahasan kingdom plantae (sub pokok bahasan tumbuhan lumut (Bryophyta)).
g) Siswa dan guru bersama menyimpulkan materi.
h) Siswa mengerjakan evaluasi berupa portofolio produk 1 dimensi.
2) Siklus II
a) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab “apakah hanya tumbuhan lumut yang termasuk ke dalam pokok bahasan kingdom plantae?”
b) Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan diajarkan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d) Guru memberi motivasi belajar siswa.
e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang sub pokok bahasan kingdom plantae (sub pokok bahasan tumbuhan paku (Pterydophyta)).
f) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang sub pokok bahasan kingdom plantae (sub pokok bahasan tumbuhan paku (Pterydophyta)).
g) Siswa dan guru menyimpulkan materi.
h) Siswa mengerjakan evaluasi berupa portofolio produk 2 dimensi.
3) Siklus II
a) Guru melakukan apersepsi dan mengulang materi sebelumnya untuk mengingatkan kembali kepada siswa serta melakukan tanya jawab “apakah hanya tumbuhan lumut dan tumbuhan paku saja yang termasuk ke dalam pokok bahasan kingdom plantae?”
b) Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan diajarkan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d) Guru memberi motivasi belajar siswa.
e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang sub pokok bahasan kingdom plantae (sub pokok bahasan tumbuhan biji (Spermatophyta)).
f) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang sub pokok bahasan kingdom plantae (sub pokok bahasan tumbuhan biji (Spermatophyta)).
g) Siswa dan guru menyimpulkan materi.
h) Siswa mengerjakan evaluasi berupa portofolio produk 3 dimensi.
E. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
1. Sumber Data
a. Sumber data teoritik yaitu berbagai sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari artikel, internet maupun buku-buku yang relevan dengan pembahasan penelitian.
b. Sumber data empirik yaitu sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari pelaksanaan observasi langsung ke objek penelitian (SMAN 1 Anjatan kabupaten Indramayu).
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas X semester II tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 40 siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, diantaranya:
a. Observasi adalah cara yang dilakukan untuk mengamati suatu keadaan atau kondisi yang sedang berjalan. Observasi dilakukan secara langsung ketika proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa sedang berlangsung.
b. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199).
c. Portofolio
4. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan instrumen yang baik, maka instrumen tersebut perlu diadakan pengujian tentang validitas dan reliabilitas. Selain itu juga, dalam penelitian ini menggunakan software anates V.4 untuk menghitung data hasil penelitian yang diperoleh.
a. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2006) mengatakan bahwa sebuah instrumen valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur suatu tujuan tertentu yang sejajar dengan materi dan sesuai dengan kurikulum.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data (Suharsimi Arikunto, 2006). Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas apabila cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur data.
5. Jadwal Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah 2 bulan dari bulan Februari sampai Maret 2011.
Minggu, 02 Januari 2011
Artikel "Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman"
oleh Brittlate pada Juni 15, 2007, 04:47:00
Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal.
Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sebenarnya berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya kosong. Kolom berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-daun tanaman walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem hanya dapat diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan bagian yang berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki banyak cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat zat bernama lignin. Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak.
Jaringan kedua yang berperan penting dalam proses pengangkutan dalam tanaman ialah floem. Floem mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organ-organ tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali daun, ke bagian-bagian lain dalam tumbuhan. Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sieve tube sel, dan transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan melalui difusi dan juga aktif transport dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu, makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalui osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.
Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal.
Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sebenarnya berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya kosong. Kolom berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-daun tanaman walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem hanya dapat diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan bagian yang berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki banyak cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat zat bernama lignin. Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak.
Jaringan kedua yang berperan penting dalam proses pengangkutan dalam tanaman ialah floem. Floem mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organ-organ tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali daun, ke bagian-bagian lain dalam tumbuhan. Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sieve tube sel, dan transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan melalui difusi dan juga aktif transport dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu, makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalui osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.
Artikel "Regenerasi Rambut"
Oleh Peregrin pada Agustus 21, 2008, 06:48:00
Kebotakan adalah masalah umum yang tidak diinginkan. Sebuah studi lapangan yang dilakukan di Maryborough, Australia, menunjukkan bahwa kebotakan menimpa 57% dari wanita dan 74% dari pria yang berusia 80 tahun ke atas. Kecenderungan kerontokan rambut terutama pada bagian depan kepala akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan pada pria, pola kebotakan ini kadang sudah tampak pada usia 25 tahun.
Berbagai cara bisa ditempuh untuk mengatasi masalah kebotakan ini, mulai dari sekedar menutupinya dengan pemakaian rambut palsu, penggunaan obat-obatan dan terapi hormon, sampai pencangkokan rambut. Sayangnya, cara-cara di atas tidak bisa sepenuhnya mengatasi masalah kebotakan. Pemakaian obat-obatan dan terapi hormon masih memiliki berbagai efek samping. Sedangkan pada pencangkokan rambut, yang merupakan cara tercanggih dan termahal saat ini, kerontokan akan terjadi lagi pada rambut yang telah dicangkok setelah beberapa tahun. Namun baru-baru ini, grup riset yang dikepalai oleh Mayumi Ito di Jepang menunjukkan bahwa regenerasi rambut dapat menjadi solusi yang jauh lebih baik.
Regenerasi rambut adalah proses menumbuhkan kembali rambut-rambut baru pada kulit kepala. Sejauh ini tidak pernah disadari bahwa rambut baru dapat tumbuh lagi secara alami pada kulit kepala yang telah mengalami kebotakan. Kemampuan regenerasi sel pada mamalia yang telah dewasa diketahui relatif sangat terbatas, disebabkan karena terbatasnya jumlah sel punca (sel induk) dan protein yang diperlukan dalam tubuh. Fenomena pertumbuhan rambut baru pada kulit yang baru sembuh dari luka sebenarnya telah diamati pada mencit, kelinci dan manusia sejak sekitar 50 tahun yang lalu. Namun karena tidak adanya penelitian lebih lanjut, fenomena ini terlupakan begitu saja sampai ketika grup riset Ito kemudian menunjukkan bahwa epidermis (lapisan terluar dari kulit) pada mencit dewasa yang terluka mampu melakukan regenerasi rambut ketika lukanya mengalami penyembuhan secara alami.
Sebenarnya grup riset Ito pada mulanya hanya bermaksud melakukan penelitian tentang perjalanan sel punca rambut. Ketika mereka dengan sengaja tidak mengobati luka yang mereka buat pada mencit-mencit percobaan agar mengalami penyembuhan secara alami, mereka mengamati adanya rambut-rambut baru yang tumbuh dan beralih ke hipotesis yang baru. Jadi, kombinasi dari desain eksperimen yang kreatif dan observasi yang tajam membawa mereka ke penemuan yang menarik ini. Kemudian, dengan kemajuan teknologi biologi molekuler, grup riset Ito berhasil melakukan eksperimen yang mengkonfirmasi kemampuan regenerasi rambut ini. Selain sanggup menunjukkan bahwa sel-sel punca yang dibutuhkan berasal dari lapisan kulit epidermis dan bukan dari akar rambut sendiri, grup riset Ito juga menemukan satu jenis protein baru yang ketika distimulasi akan meningkatkan jumlah rambut baru yang tumbuh. Temuan ini tentu berprospek pada dikembangkannya alternatif terapi baru yang lebih manjur untuk mengatasi kebotakan.
Hasil penelitian grup riset Ito ini mendapat respon yang baik di kalangan peneliti dan telah dimuat di Nature, sebuah jurnal ilmiah internasional yang bergengsi. Ket imbang sekedar membuat obat baru, penelitian-penelitian yang berfokus pada regenerasi akan menawarkan solusi jangka panjang yang lebih baik karena tubuh distimulasi secara optimal agar dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Regenerasi rambut akan menjadi alternatif terbaik yang aman untuk mengatasi masalah kebotakan.
Kebotakan adalah masalah umum yang tidak diinginkan. Sebuah studi lapangan yang dilakukan di Maryborough, Australia, menunjukkan bahwa kebotakan menimpa 57% dari wanita dan 74% dari pria yang berusia 80 tahun ke atas. Kecenderungan kerontokan rambut terutama pada bagian depan kepala akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan pada pria, pola kebotakan ini kadang sudah tampak pada usia 25 tahun.
Berbagai cara bisa ditempuh untuk mengatasi masalah kebotakan ini, mulai dari sekedar menutupinya dengan pemakaian rambut palsu, penggunaan obat-obatan dan terapi hormon, sampai pencangkokan rambut. Sayangnya, cara-cara di atas tidak bisa sepenuhnya mengatasi masalah kebotakan. Pemakaian obat-obatan dan terapi hormon masih memiliki berbagai efek samping. Sedangkan pada pencangkokan rambut, yang merupakan cara tercanggih dan termahal saat ini, kerontokan akan terjadi lagi pada rambut yang telah dicangkok setelah beberapa tahun. Namun baru-baru ini, grup riset yang dikepalai oleh Mayumi Ito di Jepang menunjukkan bahwa regenerasi rambut dapat menjadi solusi yang jauh lebih baik.
Regenerasi rambut adalah proses menumbuhkan kembali rambut-rambut baru pada kulit kepala. Sejauh ini tidak pernah disadari bahwa rambut baru dapat tumbuh lagi secara alami pada kulit kepala yang telah mengalami kebotakan. Kemampuan regenerasi sel pada mamalia yang telah dewasa diketahui relatif sangat terbatas, disebabkan karena terbatasnya jumlah sel punca (sel induk) dan protein yang diperlukan dalam tubuh. Fenomena pertumbuhan rambut baru pada kulit yang baru sembuh dari luka sebenarnya telah diamati pada mencit, kelinci dan manusia sejak sekitar 50 tahun yang lalu. Namun karena tidak adanya penelitian lebih lanjut, fenomena ini terlupakan begitu saja sampai ketika grup riset Ito kemudian menunjukkan bahwa epidermis (lapisan terluar dari kulit) pada mencit dewasa yang terluka mampu melakukan regenerasi rambut ketika lukanya mengalami penyembuhan secara alami.
Sebenarnya grup riset Ito pada mulanya hanya bermaksud melakukan penelitian tentang perjalanan sel punca rambut. Ketika mereka dengan sengaja tidak mengobati luka yang mereka buat pada mencit-mencit percobaan agar mengalami penyembuhan secara alami, mereka mengamati adanya rambut-rambut baru yang tumbuh dan beralih ke hipotesis yang baru. Jadi, kombinasi dari desain eksperimen yang kreatif dan observasi yang tajam membawa mereka ke penemuan yang menarik ini. Kemudian, dengan kemajuan teknologi biologi molekuler, grup riset Ito berhasil melakukan eksperimen yang mengkonfirmasi kemampuan regenerasi rambut ini. Selain sanggup menunjukkan bahwa sel-sel punca yang dibutuhkan berasal dari lapisan kulit epidermis dan bukan dari akar rambut sendiri, grup riset Ito juga menemukan satu jenis protein baru yang ketika distimulasi akan meningkatkan jumlah rambut baru yang tumbuh. Temuan ini tentu berprospek pada dikembangkannya alternatif terapi baru yang lebih manjur untuk mengatasi kebotakan.
Hasil penelitian grup riset Ito ini mendapat respon yang baik di kalangan peneliti dan telah dimuat di Nature, sebuah jurnal ilmiah internasional yang bergengsi. Ket imbang sekedar membuat obat baru, penelitian-penelitian yang berfokus pada regenerasi akan menawarkan solusi jangka panjang yang lebih baik karena tubuh distimulasi secara optimal agar dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Regenerasi rambut akan menjadi alternatif terbaik yang aman untuk mengatasi masalah kebotakan.
Langganan:
Postingan (Atom)