BAB I
PENDAHULUAN
Bioteknologi bisa mendatangkan berkah sekaligus bencana bagi umat manusia. Sebagai berkah, teknologi aplikasi biologi ini dapat memperlihatkan potensinya yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, dari urusan pangan sampai perang. Melalui rekayasa genetika, bioteknologi dapat menghasilkan kelimpahan pangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, tomat begitu subur, jagung lebih lezat, hewan lebih gemuk, atau panen padi super cepat. Namun sebagai bencana, bioteknologi menjadi urusan tidak sepele bagi umat manusia, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran norma-norma kemanusiaan serta nilai kesucian agama. Bioteknologi dapat menjadi alat untuk, misalnya memanipulasi sifat-sifat genetika hewan dan manusia sehingga dapat menimbulkan disharmoni yang berakibat pada bencana manusia. Bioteknologi juga dapat membunuh umat sedunia, misalnya melalui senjata biologi.
Sebagaimana iptek lainnya, bioteknologi pada dasarnya pisau bermata dua. Bioteknologi dapat digunakan sebagai alat yang sangat bermanfaat untuk manusia melalui penerapannya di bidang pertanian, penyediaan pangan dunia, kimia, industri, obat-obatan, kesehatan dan lain-lain. Sebaliknya, bioteknologi juga dapat digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan agama (Islam), misalnya digunakan untuk melakukan pengguguran kandungan, mengubah organ tubuh dengan tujuan mengganti rekaman sifat-sifat baik pada makhluk hidup, menciptakan senjata kuman, atau untuk menghancurkan moral masyarakat.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat sebagai khalifah di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Meninggikan Derajat Orang-Orang Yang Beriman Dan Berilmu Serta Dampaknya Pada Perkembangan Ilmu Dan Teknologi
Allah SWT mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat, semakin tinggi keimanan dan ilmu seseorang maka semakin tinggi derajatnya. Allah menyandingkan kata Iman dan Ilmu, hal ini mengandung beberapa konsekuensi, yaitu bahwa orang yang mengaku beriman wajib hukumnya untuk menuntut ilmu, sementara orang yang berilmu namun tidak beriman maka ilmunya hanya akan menimbulkan kerusakan bagi orang lain dan dirinya sendiri. Iman dan Ilmu hendaknya tidak terpisahkan pada diri seseorang, jika hilang salah satunya maka akan membuatnya memiliki derajat yang rendah baik di dunia maupun di akhirat.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujaadilah: 11)
Ayat di atas menunjukkan betapa tingginya derajat orang-orang yang berilmu, beramal shaleh dan berjihad di jalan Allah. Bukan hanya dihargai dan dihormati oleh sesamanya, akan tetapi Allah pun mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
a. Hakikat Beriman
Begitu pentingnya menjadi orang pintar ilmu dunia dan ilmu akhirat, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an terdapat empat tempat yang memberitakan betapa tingginya derajat orang-orang berilmu.
Pertama, dalam al-Qur’an Surah al-Mujaadilah ayat 11, yaitu:“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan padamu, “berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kedua, dalam al-Qur’an Surah al-Nisaa ayat 95-96, yaitu:“Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ketiga, dalam al-Qur’an Surah Thaha ayat 75, yaitu:“Dan barang siapa datang kepada Rabb-Nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang telah memperoleh tempat-tempat yang mulia.”
Keempat, dalam al-Qur’an Surah al-Anfaal ayat 2-4, yaitu: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakal. Yaitu, orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezeki yang mulia.”
Orang yang beriman adalah:
1. Takwa
2. Menjauhi kezaliman (syirik)
3. Orang yang mendirikan sholat
4. Selalu khusyuk dalam sholatnya
5. Mengeluarkan cahaya (aura)
6. Apabila ia mendengar asma Allah bergetar hatinya
7. Orang yang menafkahkan sebagian rezeki yang dimilikinya
b. Hakikat Berilmu
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sejauh ini, kita telah mencoba untuk membuktikan bahwa perintah Al-Qur’an dan Sunnah mengenai menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syariah tertentu, tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia.
Tujuan utama manusia adalah mendekatkan diri pada Allah dan mendapatkan ridha-Nya, aktivitas-aktivitasnya harus difokuskan pada arah ini. Segala sesuatu yang mendekatkan kepada Tuhan atau petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Jadi, ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhaan dan kedekatkan kepada-Nya. Jika tidak, ilmu itu sendiri akan menjadi penghalang yang besar (hijab al-akbar), apakah ia tercakup dalam ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu syariah.
Jelas bahwa menyembah Allah tidak hanya lewat puasa, shalat dan lain sebagainya. Nyatanya, suatu gerakan menuju taqarrub (kedekatan) kepada Allah selalu dianggap sebagai ibadah. Salah satu cara untuk menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu, dan hanya dalam hal semacam inilah ilmu dipandang bernilai. Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat ber- taqarrub kepada Allah.
1. Dia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah.
2. Dia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Dia dapat membimbing orang lain.
4. Dia dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.
Jika ilmu adalah sesuatu yg paling berharga maka mencari ilmu adalah pekerjaan paling mulia. Allah SWT telah menyandingkan kewajiban menuntut ilmu dengan kewajiban jihad. Jadi jika jihad melawan orang kafir itu menjaga agama islam dari ancaman luar, maka menuntut ilmu kemudian menyebarluaskannya adalah menjaga kelestarian ajaran islam dari dalam.
B. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Satu abad terakhir ini, kemajuan Iptek dunia dipimpin oleh peradaban Barat. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut, membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa diimbangi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim serta cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju. Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dan lain sebagainya. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan neo-imperialisme oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan Iptek modern.
Peradaban Barat modern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun kemajuan tersebut nampak tidak seimbang, karena lebih mementingkan kesejahteraan material sebagian individu dan sekelompok tertentu saja. Dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lemah Iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme di Dunia Timur dan Selatan.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis dan sekular yang diserap melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban serta Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
a. Penyalahgunaan Biotek Dalam Bidang Militer
Potensi lain yang sangat berbahaya dari bioteknologi adalah di bidang militer. Dengan bantuan bioteknologi, manusia dapat mengubah mikroorganisme yang memang sudah berbahaya menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat-sifat genetik virus influenza. Dengan merekayasa DNA, virus dapat diubah menjadi semacam “senjata” maut sehingga mampu membunuh manusia dan hewan dalam beberapa jam atau bahkan dalam beberapa menit saja. Jauh sebelum bioteknologi berkembang seperti sekarang, penggunaan sejata kuman telah dikenal orang pada Perang Dunia ke II. Berbagai kuman, diantaranya kuman TBC diubah sedemikian rupa sehingga menjadi ganas melebihi batas ilmiahnya. Jika TBC biasanya membunuh manusia dalam tempo beberapa bulan atau tahun, dengan pengubahan sifat-sifat kuman itu, kemampuan membunuhnya dapat lebih cepat dengan menimbulkan infeksi saluran nafasdan paru-paru dalam beberapa hari saja.
Hal serupa juga dapat dilakukan terhadap penyebab penyakit kolera, serta berbagai jenis jamur. Melalui berbagai jenis mikrobayang telah ditingkatkan virulensinya, mikroba tersebut dapat dijadikan senjata bio dan disebarkan di wilayah yang ingin dihancurkan. Dewasa ini perkembangan bioteknologi modern membuat rekayasa mikroba untuk senjata bio makin mudah. Penggunaannya sulit dideteksi, serta dapat diduga sebagai hal yang “alamiah”. Penyalahgunaan bioteknologi seperti ini sebenarnya bertentangan dengan ajaran agama.
b. Penyalahgunaan Biotek Dalam Bidang Kesehatan
Kemampuan bioteknologi modern selain dapat membantu mengembangkan obat-obatan baru seperti jenis antibiotika, juga dapat digunakan untuk hal-hal yang membawa mudarat dalam bidang kesehatan. Misalnya dengan menggunakan rekayasa genetika dalam perolehan zat-zat terlarang seperti morphin dan sejenisnya. Dengan bantuan bioteknologi, dapat dihasilkan zat-zat atau senyawa kimia terlarang yang kekuatannya beribu-ribu kali daripada yang ada sekarang ini.
Penggunaan seperti itu jelas merupakan pelanggaran, terutama jika penggunaannya dilakukan di luar kontekspengobatan atau kesehatan. Sebab, dalam pengendalian yang baik serta pengawasan medis yang ketat penggunaan obat-obat bius dapat dibenarkan, misalnya ketika seseorang menjalani operasi untuk perbaikan kesehatan. Namun, jika penggunaan obat tersebut terjadi di luar konteks di atas, hal ini menjadi sesuatu yang merusak. Islam jelas menolak penggunaan yang merusak dari semua hasil iptek, termasuk hasil kerja bioteknologi modern yang disimpangkan. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an tentang larangan membuat kerusakan di muka bumi:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan terima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik-baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Sebagaimana telah disebutkan bahwa penggunaan bioteknologi mirip dengan sebuah “pisau bermata dua”. Benda tersebut dapat digunakan untuk menyembelih hewan kurban di jalan Allah atau sebaliknya juga untuk berbuat kejahatan yang dilarang Allah. Aplikasi bioteknologi modern dalam menghasilkan obat-obatan yang lebih berkualitas adalah hal terpuji dan termasuk perbuatan amal saleh jika dilakukan karena ikhlas kepada Allah. Namun, di samping itu juga dapat menjadi perbuatan yang dinilai merusak (berdosa) jika hasil produk tersebut digunakan di jalan yang tidak diridhai Tuhan.
c. Percobaan Biotek Yang Melanggar Agama
Sebagai iptek, bioteknologi tidak lepas dari berbagai percobaan ilmiah yang diperlukan untuk terus menerus menyempurnakan hasil-hasil yang ada. Seperti kita ketahui, untuk mencapai hasil meyakinkan, iptek memerlukan pengujian serta percobaan berulang-ulang agar suatu hasil dapat bersifat umum. Dengan kata lain, sutu percobaan empirik diperlukan untuk membuktikan apakah hukum-hukum dalam iptek berlaku umum untuk benda-benda atau zat-zat serupa, baik yang hidup maupun mati.
Dalam islam, pada prinsipnya tidak ada larangan untuk melakukan percobaan ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, islam juga tidak membiarkan begitu saja percobaan ilmu pengetahuan yang liar di luar aturan agama. Munculnya bioteknologi modern, yang ditandai dengan penemuan DNA rekombinan, merupakan fenomena baru dalam hal ini. Karena DNA rekombinan dengan berbagai aspeknya dapat berbuat banyak sebagai alat rekayasa genetika dan yang sejenisnya. Sejauh ini memang terlihat adanya kecenderungan sebagian ilmuwan atau Negara tertentu di dunia yang mencoba mengabaikan batas-batas agama dalam percobaan penyempurnaan bioteknologi. Hal ini jelas terlarang dalam islam. Hal-hal terlarang dalam islam tentang percobaan bioteknologi tersebut di antaranya meliputi:
1. Percobaan-percobaan yang melanggar hukum pernikahan dalam islam, misalnya mencangkok embrio ke dalam rahim wanita dari hasil pembuahan lelaki yang bukan muhrimnya. Percobaan seperti ini tidak dapat dilakukan. Jika dilakukan tidak berlandaskan hukum pernikahan yang sah. Hukumnya adalah dosa.
2. Percobaan pembuahan yang dilakukan di antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Perbuatan ini tidak sesuai ajaran islam.
3. Percobaan bioteknologi atas hewan dengan cara menggunakan kekerasan, menyakiti dan yang sejenisnya. Tindakan ini terlarang meskipun atas nama ilmu pengetahuan dan untuk kesejahteraan manusia. Seandainya hewan tersebut karena satu dan lain hal harus dibunuh unuk suatu percobaan ilmu pengetahuan, maka harus dibunuh dengan cara yang baik dan dengan menyebut nama Allah SWT. Perlakuannya mirip dengan hewan buruan.
4. Percobaan bioteknologi atas orang yang telah meninggal adalah terlarang, karena islam melarang untuk merusak jenazah dan mewajibkan menghormati jenazah manusia. Hanya karena alas an yang sangat penting, hal itu dapat dilakukan misalnya bedah mayat (otopsi) untuk menyingkap kejahatan. Dan itu pun harus dengan musyawarah para ahli waris.
5. Percobaan bioteknologi untuk mengembangkan bank sperma ataupun indung telur (ovum) wanita adalah terlarang. Seperti, menumbuhkan hasil pembuahan atas sperma dan ovum dari suami atau istri yang telah meninggal dunia.
6. Percobaan bioteknologi untuk membangkitkan sifat-sifat jahat pada hewan, tumbuhan, atau bahkan manusia. Perbuatan ini adalah perbuatan keji dan terlarang dalam Al-Qur’an serta tidak membawa berkah dan kebaikan.
7. Pada dasarnya percobaan iptek diizinkan dalam islam sepanjang teknis rincinya tidak bertentangan dengan hukum-hukum islam. Tentang ilmu pengetahuan tersebut, islam sangat menganjurkan untuk mepelajarinya dengan gigh dan tekun. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“...Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat ….” (QS. Al-Mujaadilah: 11)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
“…Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, jelaslah kedudukan bioteknologi sebagai iptek adalah sejajar dengan ilmu-ilmu umum lainnya. Islam mendukung pencerdasan umatnya serta mendukung penguasaan iptek, seperti bioteknologi. Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa penerapan bioteknologi, baik itu di dalam penelitian, percobaan, maupun penggunaannya harus tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan agama.
Sesungguhnya umat islam tidak perlu khawatir bahwa bioteknologi akan mampu menandingi sang Pencipta. Ilmu pengetahuan telah menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia masih terlalu jauh dan lebih sedikit dibandingkan dengan apa yang ada dalam alam semesta ini. Oleh karenanya, secara alamiah tidak ada satu iptek pun yang mampu menguasai seluruh alam ataupun meniru Perbuatan Allah SWT, misalnya menciptakan makhluk baru atau menghidupkan orang mati. Hal itu mudah dilihat dari perkembangan iptek yang adaseperti berikut ini.
1. Sampai kini tidak ada teknologi apa pun yang dapat memperbaiki secara sempurna wajah seseorang yang terbakar 100%. Walaupun dengan operasi plastik cara apa pun, hal itu tidak mengembalikan sepenuhnya apa yang sebelumnya telah diciptakan Allah. Apalagi untuk membangkitkan makhluk yang telah mati.
2. Sampai kini tetap diadakan donor darah bagi kebutuhan darah untuk operasi, kecelakaan dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa darah manusia tetap harus diambil secara alamiah dan manusia ternyata tetap menggunakan manusia pula untuk memproduksi darah. Iptek tidak mampu menciptakan darah seperti ciptaan Allah SWT. Kalaupun ada berita tentang kemampuan iptek menciptakan darah pengganti itu lebih banyak berbau khayalan ilmiah dan bukan ilmu. Allah SWT adalah Esa dalam segalanya, termasu atas perbuatan-Nya (mencipta) dan hasil perbuatan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam ayat: “…dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash: 4)
Ayat ini memberi kabar bahwa tak ada sesuatu pun atau siapa pun, atau apa pun yang serupa dengan Allah, termasuk semua hasil karya-Nya.
3. Sampai saat ini masih ada donor kornea mata. Ini juga menunjukkan bahwa manusia tidak dapat berbuat serupa dengan al-Khaliknya untuk menciptakan lensa mata yang sejenis.
Sikap yang harus diambil seorang muslim dalam hal munculnya berita-berita baru perkembangan bioteknologi adalah memeriksa secara rinci dan memahami secara rinci apa isi berita perkembangan tersebut. Distorsi informasi sangat sering terjadi sehingga penemuan iptek cenderung keluar dari proporsi yang benar dan dimanfaatkan oleh orang-orang jahil.
Jika ada hal-hal tampak semu, kembalilah kepada Al-Qur’an dan lakukan pengamatan yang seksama. Umat Islam sesungguhnya telah diberi petunjuk yang jelas seperti disebut dalam firman-Nya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)
4. Dalam disiplin ilmu lain misalnya, iptek juga tidak mampu meramalkan secara tepat kapan suatu gempa bumi. Ini menunjukkan bahwa iptek yang dikuasai manusia masih sangat jauh dari penguasaan alam semesta dalam arti utuh.
5. Sampai sejauh ini ilmu pengetahuan hanya merabaraba belaka pengetahuan tentang ruh. Tak ada satu iptek pun yang dapat menjelaskan mengenai ruh. Ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85)
Bioteknologi sama sekali tidak mampu menjelaskan tentang ruh. Bioteknologi hanyalah aplikasi ilmu-ilmu dalam biologi, terutama dalam merekayasa dari berbagai bahan bio yang memang telah tersedia. Oleh karenanya, jika kelak ada asumsi yang keliru dan tidak proporsional tentang bioteknologi, selayaknya kaum muslimin menelitinya secara akurat. Disinformasi yang mungkin sekali disebarluaskan oleh orang-orang tidak beriman dapat menyesatkan manyarakat luas. Misalnya dengan mencoba menimbulkan kesan bahwa kehidupan dapat diciptakan oleh manusia sendiri melalui bioteknologi.
Dengan alasan-alasan di atas, jelaslah bahwa umat islam memiliki semacam kewajiban untuk mengenal, memahami, dan menguasai bioteknologi agar dapat lebih menghayati kebesaran Allah SWT serta untuk menjadi benteng bagi manipulasi informasi yang menyesatkan.
BAB III
KESIMPULAN
Allah SWT telah menjanjikan, bahwa Dia akan mengangkat derajat orang-orang mu'min yang tunduk kepada perintahNya dan perintah RasulNya. Dan secara khusus Allah menyebut janji itu untuk orang-orang yang berilmu diantara orang-orang yang beriman. Janji Allah SWT secara nyata menandaskan penghargaan Islam kepada ilmu dan orang-orang yang berilmu.
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sumber segala kebaikan, keindahan dan kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya hanya akan muncul, apabila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap-Nya beserta alam semesta sebagai manifestasi sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar